Pertanyaan dari judul di atas terus muncul dari benak saya. Seperti yang kita ketahui harga sawit mencapai titik tertinggi alias All Time High di tahun 2022, tetapi harga sahamnya tidak naik banyak dan malah cenderung turun. Hal ini bertolak belakang dengan saham komoditas lain seperti batubara, yang harga sahamnya langsung mengekor naik ketika perusahaan mendapatkan profit yang besar di tahun 2022.
Sulit untuk menjawab pertanyaan ini. Kedua komoditas ini sangat penting dan dibutuhkan di seluruh dunia. CPO diperlukan untuk pembuatan minyak goreng, margarin, sabun, dan juga untuk kendaraan biodiesel. Batubara tidak kalah pentingnya untuk menerangi hidup kita di malam hari dan memberikan kehidupan bagi manusia, yaitu listrik.
Commodity Boom adalah istilah yang sering digunakan para pemerhati pasar modal dalam melihat fenomena ini. Dimana saat harga-harga komoditas naik gila-gilaan.
Mengapa produsen sawit untung besar namun sahamnya tidak naik?
Menurut opini dan analisa yang saya lakukan. Ingat ya ini hanya opini, dan bisa saja saya salah dalam melihat fenomena ini ataupun belum saatnya saham-saham sawit akan terbang.
Mayoritas uang yang ada di Bursa Saham Indonesia sebenarnya masih banyak dikuasai oleh asing. Memang betul, secara pembukaan akun rekening saham, masyarakat Indonesia sudah mendominasi dan lebih banyak daripada asing. Namun, ketika aliran inflow (masuk) maupun outflow(keluar) yang dilakukan oleh investor asing, maka suatu saham bisa sangat fluktuatif. Kalau bahasa lapangannya, saham ini seperti sudah disetel. Apalagi banyak hedge fund (investor besar) yang berasal dari Amerika dan Negara-Negara Eropa.
Oleh karena itu, menurut saya investor asing belum mengenal begitu baik tentang seluk-beluk perusahaan sawit. Apalagi pemberitaan di media international sering sekali menjelek-jelekkan perusahaan sawit Indonesia dan Malaysia.
Amerika dan negara-negara. Eropa tidak punya sawit, mereka hanya punya biji bunga matahari. Seperti kita ketahui, US tidak suka jika suatu negara mengontrol harga suatu komoditas. Mulailah digerakkan kampanye-kampanye hitam yang memojokkan perusahaan-perusahaan sawit Indonesia. Hedge Fund maupun dana reksadana yang ada di US tentu tidak boleh sembarangan membeli saham Indonesia tanpa mempertimbangkan kredibilitas perusahaan tersebut.
Hal inilah yang menyebebakan saham sawit sulit untuk naik. Loh, bagaimana dengan perusahaan batubara?
Bukannya banyak juga kampanye hitam dan fakta-fakta kelam yang menyelimuti perusahaan batubara kita?
Tenttu saja banyak juga. Namun seperti sudah menjadi tradisi di bursa saham, memang ada saja saham-saham yang sangat disukai dan tidak disukai. Contoh kecil, saham KFC dan Pizza Hut jika orang awam melihat dari luar, tentu ini perusahaan bagus yang kemungkinan akan bertahan lama. Nyatanya, sahamnya tidak likuid dan tidak difavoritkan oleh investor.
Jika kamu yang mempunyai saham sawit, boleh untuk menganalisa tulisan ini dan berdiskusi dengan saya. Tidak ada salahnya untuk menambah relasi. Berikut nomor whatsapp saya di bawah ini :
Komentar
Posting Komentar